DPKSumenep – Ketua Dewan Pendidikan (DP) Kabupaten Sumenep, Mulyadi, mengajak para pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) untuk menjadi pendidik yang berani.
Hal itu disampaikan Mulyadi dalam acara “Pengarahan dan Silaturrahim Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep dan Dewan Pendidikan Bupaten Sumenep (DPKS)” bersama PPPK di lingkungan Kabupaten Sumenep, di Gedung Pertemuan Korpri, Selasa (15/3/2022).
“Saya sampaikan pada mereka, para pendidik itu harus berani. Berani menyampaikan pendapat, berani berkreasi, berani melaporkan jika ada pungli dalam dunia pendidikan,” ujar Mulyadi seusai acara.
Hadir dalam acara yang mengangkat tema “Pulihkan Pembelajaran, Tingkatkan Kreativitas, dan Profesonalisme Guru Pasca Pandemi” itu, di antaranya Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, Agus Dwi Saputra, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Sunarto, Ketua DPKS, Mulyadi, Sekretaris DPKS, Amir Syaifuddin, anggota DPKS, Salamet dan Salamet Wahedi.
“Kami di DPKS, sebagai mitra Disdik, punya komitmen untuk bersama-sama membenahi pendidikan yang kurang baik. Dengan SMART DPKS, kami berharap para guru berani melaporkan jika ada pihak-pihak melakukan pungli,” jelasnya.
Mulyadi juga mengingatkan, para guru juga harus berani menolak jika ada pihak-pihak yang ‘mengiming-imingi’ naik jabatan dengan membayar sejumlah uang.
“Hari ini era digital. Era keterbukaan. Semua orang bisa melihat dan merekam segala aktivitas kita. Karena itu, saya berharap para guru yang lolos PPPK benar-benar menjaga integritas dan profesionalitasnya sebagai seorang pendidik,” tandasnya.
Salamet, anggota DPK Sumenep dalam materinya menyampaikan, bahwa guru harus memiliki 4 skill dalam membangun pendidikan agar tercipta generasi trendsetter dan mengantar Indonesia menjadi negara emas di masa depan.
“Pertama, guru harus berpikir dan berjiwa Critical Thinking; memperhatikan interaktif, interkonektif, inter multi disipliner. Kedua, Creativity; guru kreatif dan harus berani keluar dari zona nyaman, berprinsip membaca bukan menghafal, dan menciptakan generasi kreatif,” jelasnya.
“Ketiga, Colaboration; guru yang berani berkolaborasi bukan berkompetisi, bersanding bukan bersaing. Keempat, Communication; guru yang respedt (menghargai), emphaty (peduli), audible (didengarkan), clarity (terbuka), dan hamble (rendah hati),” tandasnya.*(set)