DPKSumenep – SDN Juluk II menggelar Pameran Karya dan Budaya Antara Tradisi dan Edukasi (PAKAYA ATE) selama dua hari (30-31 Mei 2022). Beberapa kesenian dan kerajinan tangan dipamerkan, di antaranya, tari Cahe, Tari Pasaran, kerajinan batik, dan drumband.
Kepala SDN Jukuk II, Mahelli, S. Pd. SD., mengatakan, pelaksanaan PAKAYA ATE merupakan kegiatan Implementasi Projek Profil Pelajar Pancasila.
“Semua ini sema-mata untuk dunia pendidikan yang lebih baik. Ada tradisi dan edukasi. Tentunya kami sebagai lembaga pendidikan punya tanggung jawab moral untuk memberikan eduaksi tentang tradisi di sekitar kita,” ujar Mahelli.
Ia juga menjelaskan, tujuan PAKAYA ATE adalah untuk membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya tradisi dalam kehidupan.
“Kami akan memberikan edukasi budaya sejak dini pada peserta didik kami, sehingga mereka paham akan budaya dan ikut serta melestarikannya,” jelasnya.
Hadir dalam acara tersebut, di antaranya, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, Agus Dwi Saputra, Kepala Desa Juluk, Sekretaris DPK Sumenep, Amir Syarifuddin, dan para kepala sekolah se-Kecamatan Saronggi.
Sementara itu, Bupati Fauzi menyampaikan apresiasinya kepada Kepala SDN Juluk II atas kerja kerasnya menggelar kegiatan PAKAYA ATE.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada Kepala SDN Juluk II. Karena kegiatan seperti ini membutuhkan cara berpikir yang out of the box,” ujarnya.
Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep itu juga mengingatkan pada para kepala sekolah untuk berpikir kreatif dan inovatif.
“Para kepala sekolah harus berpikir kreatif dan inovatif. Transfer knowledge itu penting, transfer mentality itu juga penting,” terangnya.
Bupati Fauzi juga menjelaskan, pewarisan seni sejak usia dini sangat penting. Karena itu, dirinya mendorong Dinas Pendidikan Sumenep untuk bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Sumenep untuk menemukan formula pendidikan yang baik.
“Mewarisi seni itu penting agar tidak terputus. Karena itu perlu dipersiapkan regenerasi tradisi dan seni sejak dini. Saya sudah minta kepada Kepala Dinas Pendisdikan dan Dinas Pariwisata untuk mempersiapkan konsep pendidikan yang bermuatan lokal dan seni tradisi,” tandasnya.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris DPK Sumenep, Amir Syarifuddin. Menurutnya, DPK Sumenep akan mendorong Disdik untuk mewajibkan satuan pendidikan untuk memasukkan muatan lokal.
“Kita sepakat dengan apa yang disampaikan Bapak Bupati, regenerasi pelestarian budaya harus dilakukan sejak dini. Kita akan dorong Disdik agar mewajibkan satuan pendidikan untuk menjadikan muatan lokal sebagai mata pelajaran wajib,” tandasnya.* (Set)