Dari Pinggiran, SDN Panaongan III Tancapkan Prestasi

Luar biasa : Siswa siswi SDN Panaongan III Pasongsongan Sumenep

Juara 2 Karnaval HUT RI Pasongsongan, Bukti Sekolah Kecil Tak Bisa Diremehkan

DPKSumenep.id, PASONGSONGAN– Siapa bilang sekolah pinggiran tak mampu bersuara di panggung prestasi? SDN Panaongan III, sebuah sekolah dasar negeri yang berlokasi jauh dari riuh pusat kota Sumenep, sukses membuat kejutan manis. Dalam ajang Karnaval HUT ke-80 RI tingkat Kecamatan Pasongsongan, sekolah ini sukses merebut Juara 2, menyisihkan puluhan kontestan lain dari sekolah-sekolah se-Kecamatan.

Momentum ini bukan sekadar simbol kemenangan. Lebih dari itu, ia menjadi pernyataan lantang bahwa keterbatasan geografis maupun sarana tidak serta merta memupus potensi anak-anak bangsa untuk bersinar.

Semangat yang Tak Terbendung

Karnaval yang digelar Minggu (31/8) itu dihelat meriah. Ribuan pasang mata menyemut di sepanjang rute, dari Lapangan Sawunggaling hingga Kantor Kecamatan Pasongsongan. Dibuka langsung oleh Camat Pasongsongan, Fariz Aulia Utomo, S.STP., M.Si., acara ini menjelma jadi panggung ekspresi budaya, semangat nasionalisme, dan kreativitas pelajar.

Di tengah parade penuh warna itu, kontingen SDN Panaongan III tampil menonjol. Dengan peralatan sederhana namun kreativitas tinggi, siswa-siswi tampil percaya diri membawakan tema budaya lokal dengan sentuhan kekinian. Sebuah presentasi visual yang tidak hanya menyenangkan mata, tapi juga menyentuh hati.

Yang membuat penampilan mereka istimewa adalah proses di balik layar. Tak ada EO mewah, tak ada sponsor besar. Yang ada hanyalah semangat kolektif—antara guru, siswa, dan wali murid—yang bahu-membahu menyiapkan kostum, properti, koreografi hingga logistik. Sebuah gotong royong tulus yang pantas diapresiasi.

Kepala Sekolah Tak Ikut Barisan, Tapi Tetap Hadir Penuh Arti

Satu hal menarik dari pencapaian ini adalah peran sang kepala sekolah, Agus Sugianto, S.Pd. Ia memang tidak terlihat di barisan kontingen sekolah. Namun bukan karena abai. Justru sebaliknya.

Agus tengah mengemban amanah lebih besar: sebagai Koordinator Bidang Seni Panitia HUT RI Kecamatan Pasongsongan. Ia bertugas mengawal kelancaran seluruh jalannya karnaval—mulai dari pengaturan arus lalu lintas hingga memastikan setiap kontingen tampil tepat waktu.

Kepemimpinan seperti ini patut dicatat. Tenaga pendidik dari sekolah pinggiran menunjukkan kapasitasnya menempati posisi strategis di level kecamatan. Ini bukan perkara kecil. Ini soal bagaimana pendidikan tak melulu soal buku dan kelas, tapi juga kontribusi sosial yang nyata.

Tenda, Keteduhan, dan Kepedulian

Meski bertugas di luar barisan, perhatian Agus terhadap anak didiknya tetap total. Ia menyiapkan dua tenda besar sebagai tempat berteduh bagi kontingen SDN Panaongan III. Di tengah cuaca Pasongsongan yang menyengat, tenda ini menjadi oase sekaligus simbol kepedulian pemimpin yang tak harus selalu di depan untuk tetap hadir.

Karnaval: Lebih dari Sekadar Lomba

Di balik euforia dan piala, karnaval ini sejatinya adalah ruang belajar yang utuh. Siswa tak hanya diajak tampil, tapi juga mengalami proses: dari kerja tim, tanggung jawab, hingga memahami arti budaya dan perjuangan.

Apa yang ditunjukkan SDN Panaongan III adalah pengejawantahan nyata dari Profil Pelajar Pancasila: mandiri, gotong royong, beriman, kreatif, kritis, dan berkebinekaan global—nilai-nilai yang digaungkan dalam Kurikulum Merdeka.

Apresiasi dan Titik Harapan

Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep tak ketinggalan mengapresiasi pencapaian ini. Menurut Mulyadi, Ketua DPK Sumenep, kemenangan SDN Panaongan III adalah cermin bahwa dengan semangat dan kolaborasi, sekolah mana pun—tanpa memandang lokasi—mampu mengukir prestasi.

Sudah saatnya perhatian pendidikan tidak hanya terpusat di kota. Sekolah-sekolah di pelosok pun memiliki potensi besar jika diberi ruang, dukungan, dan kepercayaan. Prestasi ini semestinya menjadi cambuk bagi sekolah lain untuk tidak larut dalam keterbatasan, melainkan menjadikannya bahan bakar untuk melesat.

“SDN Panaongan III telah membuktikan, kualitas bukan soal lokasi. Bukan pula soal fasilitas. Tapi soal semangat dan kolaborasi. Dan dari pinggiran Pasongsongan, suara itu kini menggema,” tegas Mulyadi. (ibn)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments